Jumat, 25 November 2022

AKSI NYATA TOPIK MERDEKA BELAJAR

AKSI NYATA TOPIK MERDEKA BELAJAR

Menyebarkan Pemahaman Merdeka Belajar



Ibu dan Bapak Guru Hebat, mohon kesediaannya untuk memberikan umpan balik dengan mengisi link berikut ini https://forms.gle/U1HBJ8cvSfADwXhq9 bisa juga di kolom komentar.

Dari paparan yang disampaikan, sebelumnya saya pikir . . . .,
ternyata . . . . . Langkah kecil yang akan saya lakukan setelah ini adalah . . . .

Terima kasih.

Sabtu, 19 November 2022

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.2

 

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Pendidikan Guru Penggerak Modul 1.2

Sabtu, 19 November 2022

oleh

Laely Ngaenatul Wardah Isnaeni,S.Pd

SMP Negeri 1 Pandanarum

CGP Angkatan 7 Kabupaten Banjarnegara


"Perubahan yang kita lakukan di pendidikan harus menuju pada suatu titik yang memanusiakan manusia dan memperkuat nilai kemanusiaan kita."

(Iwan Syahril Dirjen GTK Kemdikbudristek, Refleksi atas Asas Konvergensi Ki Hadjar Dewantara)



Jurnal refleksi dwi mingguan dipandang sebagai salah satu tugas CGP yang menjadi elemen kunci pengembangan keprofesian. Hal ini dikarenakan dengan jurnal refleksi dapat mendorong guru untuk mengaitkan teori dan praktik, serta menumbuhkan keterampilan dalam mengevaluasi sebuah topik secara kritis (Bain dkk, 1999). Menuliskan jurnal refleksi secara rutin akan memberikan ruang bagi seorang praktisi untuk mengambil jeda dan merenungi apakah praktik yang dijalankannya sudah sesuai, sehingga ia dapat memikirkan langkah berikutnya untuk meningkatkan praktik yang sudah berlangsung (Driscoll & Teh, 2001). Jurnal ini juga dapat menjadi sarana untuk menyadari emosi dan reaksi diri yang terjadi sepanjang pembelajaran (Denton, 2018), sehingga guru dapat semakin mengenali diri sendiri.

Sebagai CGP, saya akan merefleksikan seluruh rangkaian kegiatan selama mempelajari modul 1.2 tentang Nilai dan Peran Guru Penggerak, dengan model refleksi 4F (Fact, Feeling, Findings, Future) yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway.


Fact (Peristiwa)

Setelah mempelajari Modul 1.1 tentang Filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara yang selesai pada tanggal 5 November 2022, pembelajaran di LMS Guru Penggerak memasuki Modul 1.2. Materi yang dipelajari adalah tentang Nilai dan Peran Guru Penggerak dari tanggal 7 s.d. 21 November 2022. 

Senin, 7 November 2022.

Saya membuat diagram trapesium usia. 

Selasa, 8 November 2022.

Saya mengeksplorasi konsep tentang hubungan antara emosi, cara kerja otak, kebutuhan dasar manusia, daya untuk memilih, motivasi intrinsik, dan struktur sistemik lingkungan dalam pembentukan nilai-nilai dalam diri seseorang, makna Profil Pelajar Pancasila dalam transformasi pendidikan, makna nilai-nilai yang perlu dikembangkan guru penggerak, makna peran guru penggerak dalam transformasi pendidikan, memaknai bahwa keteladanan dan sistem pembiasaan yang konsisten di suatu lingkungan mempengaruhi penumbuhan nilai-nilai dalam diri seseorang, mengelaborasi makna pemimpin pembelajaran di sekolahnya masing-masing.

Rabu, 9 November 2022.

Saya mengikuti forum diskusi eksplorasi konsep melalui diskusi tertulis tentang satu nilai GP yang ada dalam diri serta menjelaskan 10 kegiatan di sekolah yang merupakan penerapan dari peran GP.

Jum’at, 11 November 2022.

Saya mengikuti pertemuan tatap maya dalam Ruang Kolaborasi Modul 1.2 untuk berdiskusi dengan rekan CGP dalam kelompok untuk merancang kegiatan yang memanfaatkan kekuatan nilai para pihak secara kolaboratif dengan panduan dari fasilitator yaitu Ibu Husnawati,M.Pd. Kelompok saya terdiri dari Bapak Joni, Ibu Iin, dan Ibu Deska. Masing-masing dari kami sepakat untuk menampilkan satu kekuatan nilai dan peran yang ada pada diri masing-masing.

Senin, 14 November 2022.

Kelompok saya mendapat kesempatan pertama untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok pada pertemuan sebelumnya. Tidak seperti biasanya, pada Ruang Kolaborasi kali ini kelas kami mendapat giliran untuk berdiskusi dari pukul 15.00 - 17.15. Dari hasil presentasi, kelompok kami mendapat tanggapan dari Pak Supriono dan Pak Nur Cholik. Dari tanggapan tersebut kami jadikan sebagai bahan perbaikan dan refleksi untuk presentasi di kesempatan berikutnya. Tentunya saran dan masukkan dari rekan-rekan CGP juga membantu kami menyempurnakan tugas ruang kolaborasi. Jum’at, 18 November 2022.

Tepatnya pukul 13.00 WIB, saya mengikuti kegiatan elaborasi pemahaman/koneksi antar materi melalui google meet bersama instruktur yaitu Ibu Dr. Dyah Sulistyowati, M.Pd. Melalui kegiatan elaborasi pemahaman ini saya dapat membuka wawasan dan memperdalam materi tentang nilai dan peran guru penggerak yang telah dipelajari sebelumnya saat eksplorasi konsep. Dari seluruh rangkaian kegiatan modul 1.2 ini, momen yang paling penting dalam proses pembelajaran modul 1.1 hingga modul 1.2 adalah saya dapat mengenal dan memahami arti pembelajaran yang sesungguhnya melalui pemikiran Ki Hajar Dewantara, dimana sebagai pendidik harus mampu memahami kebutuhan anak serta menuntun anak sesuai kodrat alam dan zamannya agar dapat mewujudkan profil pelajar pancasila. Selain itu, antara Modul 1.1 dan Modul 1.2 memiliki koneksi yang sangat erat dimana dari Filosofi Pendidikan KHD di Modul 1.1 selaras dengan nilai dan peran Guru Penggerak di Modul 1.2.


Feeling (Perasaan)


Dalam kurun waktu dua minggu mempelajari modul 1.2 tentang nilai dan peran guru penggerak ini, saya mengalami berbagai macam perasaan, antara senang, bangga, dan juga khawatir tidak dapat melaksanakan pendidikan ini dengan baik dan maksimal, bahkan sempat merasa insecure ketika melihat teman-teman calon guru penggerak lain lebih hebat dan luar biasa dari segi pengalaman dan aksi nyatanya. Selain perasan tadi, saya juga merasakan rasa bersalah yang cukup besar karena ternyata selama ini saya masih banyak kekurangan dalam melakukan pembelajaran di kelas. Saya belum bisa mengaplikasikan nilai dan peran Guru Penggerak dengan baik. Oleh karena itu, melalui jurnal refleksi ini dapat menjadi pengingat diri bahwa ada nilai dan peran Guru Penggerak yang harus senantiasa dijaga serta ditumbuh kembangkan agar dapat mencapai tujuan pendidikan seperti yang sudah dijelaskan dalam Filosofi Pendidikan KHD. Dari pembelajaran modul 1.2 ini, saya merasa ada kaitan antara modul 1.1 dan 1.2 yakni untuk mengimplementasikan pemikiran Ki Hajar Dewantara guna mewujudkan merdeka belajar dan profil pelajar pancasila, maka guru penggerak harus memiliki nilai-nilai guru penggerak, diantaranya berpihak pada murid, mandiri, reflektif, kolaboratif, dan inovatif. Dari perwujudan nilai-nilai tersebut, maka guru penggerak dapat menjadi agen perubahan pembelajaran. Ketika saya memperdalam materi melalui elaborasi konsep bersama instruktur, saya merasa tergerak untuk memperbaiki pembelajaran agar senantiasa berpihak kepada murid. Setelah saya tergerak, selanjutnya saya ingin menggerakkan rekan-rekan guru di sekolah sehingga bisa bergerak bersama mewujudkan peserta didik yang berkarakter profil belajar Pancasila untuk Indonesia yang lebih baik. Pada momen tersebut, saya juga merasa tercerahkan dan termotivasi untuk memahami dan mengintegrasikan nilai dan peran guru penggerak dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai pendidik. 


Findings (Pembelajaran)


Setelah mempelajari modul 1.2 mulai dari belajar secara mandiri lalu berdiskusi dengan fasilitator serta rekan CGP sampai berkolaborasi dengan instruktur tentang nilai dan peran guru penggerak ini saya memperoleh banyak ilmu untuk meningkatkan kompetensi sebagai seorang pendidik. Sebagai seorang pendidik saya harus dapat menerapkan nilai dan peran guru penggerak dalam menjalankan tugas baik dalam pembelajaran maupun diluar pembelajaran. Agar dapat mengimplementasikan nilai dan peran Guru Penggerak dengan baik, saya mendapat bekal tentang bagaimana cara kerja otak manusia, yaitu thinking fast dan thinking slow. Oleh karena itu,sebagai seorang pendidik, saya harus membiasakan diri untuk thinking slow supaya tidak terburu-buru dalam menilai dan memutuskan sesuatu. Kemudian, saya juga perlu memahami bahwa manusia memiliki 5 kebutuhan dasar yang sudah menjadi fitrah manusia, yaitu kasih sayang dan rasa diterima, kekuasaan, kesenangan, kebebasan, dan bertahan hidup. Selanjutnya dengan memahami tahap perkembangan manusia secara psikososial menurut erik erikson, saya dapat mengetahui apa yang harus dilakukan ketika berhadapan dengan peserta didik di setiap tahapan perkembangannya. Maka, dari pembelajaran modul 1.2 ini saya merefleksi diri dan berpikir bahwa dengan memperkuat pondasi tentang teori cara kerja otak sampai tahap perkembangan manusia, saya dapat mengintegrasikannya dengan nilai dan peran sebagai Guru Penggerak sehingga pendidikan yang bertujuan untuk mencapai Student Wellbeing dapat terlaksana.


Future (Penerapan)


Sebagai bentuk penerapan dari pembelajaran Modul 1.2 tentang nilai dan peran guru penggerak ini, saya termotivasi untuk menjadi bagian dari perubahan. Perubahan kecil yang saya lakukan sedikit demi sedikit saya mulai dari diri sendiri, yaitu dengan melakukan hal terbaik dalam pembelajaran agar tujuan pendidikan bisa tercapai sejalan dengan pemikiran filosofis Ki Hajar Dewantara. Kemudian menebalkan lagi laku tentang nilai dan peran Guru Penggerak yang sebenarnya sudah ada dalam diri dan berusaha untuk menggerakan rekan sejawat lainnya untuk bersama-sama menebalkan nilai dan peran tersebut. Selanjutnya, menjadikan refleksi sebagai suatu kebiasaan yang menjadi kebutuhan sebagai bahan perbaikan selanjutnya; membuka ruang diskusi positif dengan cara berkolaborasi dengan rekan sejawat, orang tua/wali siswa, komunitas praktisi, dan pihak terkait; dan selalu berusaha menciptakan inovasi pembelajaran serta berbagi praktik baik.


Demikian jurnal refleksi dwi mingguan Modul 1.2 Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 7.

Semoga bermanfaat.

 

Salam Guru Penggerak.

 

Guru Bergerak Indonesia Maju!







Senin, 07 November 2022

Tugas 1.2.a.3 Mulai dari diri - Modul 1.2

Banjarnegara, 7 November 2022

Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.

Pada kesempatan kali ini, Saya akan memaparkan tugas Pendidikan Calon Guru Penggerak pada Modul 1.2 yaitu Tugas 1.2.a.3 Mulai dari diri - Modul 1.2

Kegiatan 1. Trapesium Usia

Tugas 1. Refleksi

  1. Peristiwa positif dan negatif yang saya tuliskan di sana adalah

         Peristiwa Positif yaitu ketika saya hendak masuk kuliah, orang tua memberi kebebasan dan keleluasaan bagi saya untuk memilih program studi atau jurusan sesuai keinginan saya dan saya pun menentukan jurusan Pendidikan Bahasa Inggris sebagai jurusan saat kuliah S1.

        Peristiwa Negatif yaitu saat itu saya baru di usia SMP, saat itu saya lupa akan ada ulangan mata pelajaran sejarah dan karena tidak belajar saya tidak bisa mengerjakan soal. Kebetulan buku catatan ditumpuk di meja saya dan tanpa rasa bersalah saya membuka catatan ketika guru tidak mengawasi saya.

     2. Selain saya, yang terlibat di dalam masing-masing peristiwa tersebut adalah orang tua dan saudara yang membantu mengarahkan pemilihan kampus, peristiwa kedua ada teman sebangku saya yang juga sama sama mencontek.

    3. Dampak emosi yang saya rasakan hingga sekarang yaitu

        Rasa tenang, senang dan gembira saat saya dapat memilih jurusan sesuai keinginan. Hasilnya saya dapat menjalani kuliah dengan tenang tanpa beban karena sepenuhnya saya bertanggung jawab atas pilihan yang saya ambil, senang dan gembira saat mengikuti perkuliahan yang berdampak saya bisa mengerjakan tugas dengan baik, ujian dengan baik dan akhirnya mendapatkan IP yang hampir sempurna yaitu 3.81. Saat upacara wisuda menjadi suatu kebanggaan bagi saya karena bisa membuat nama orang tua dipanggil untuk maju ke depan sebagai wali dari mahasiswa berprestasi nomor urut 2 dalam satu angkatan wisuda.

       Rasa penyesalan saat saya mengingat dulu pernah melakukan tindakan yang tidak terpuji. Padahal sebenarnya itu kesalahan saya sendiri yang tidak belajar tapi saya mengambil jalan pintas agar mendapatkan nila bagus meskipun dengan cara yang tidak jujur.

    4. Momen yang terjadi di masa sekolah masih dapat saya rasakan dan masih dapat memengaruhi diri saya di masa sekarang karena momen tersebut merupakan momen baik dan buruk yang mudah sekali diingat apalagi ketika saya berada di kelas melakukan tes kepada murid-murid, saya langsung teringat momen itu. Selain itu juga karena rekaman otak manusia mampu mengingat momen baik dan buruk dalam hidupnya.

       5. Pelajaran hidup  yang saya peroleh dari kegiatan trapesium usia dan roda emosi, terkait peran saya sebagai guru terhadap peserta didik saya adalah bahwa pada tahapan perkembangan sesuai usia, guru sebaiknya memiliki pemahaman yang mendalam terhadap hal tersebut karena dengan memahami tahapan perkembangan usia anak guru dapat bersikap lebih bijak dalam mengambil keputusan terkait perilaku murid. Pada usia sekolah, guru juga sebaiknya menjadi penuntun yang baik bagi murid untuk dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan kodratnya. Pada tahap ini juga, guru sebaiknya menanamkan nilai-nilai baik, budi pekerti luhur dan perilaku positif agar mampu bersiap menghadapi dunia nyata saat usia kerja. Dengan memahami trapesium usia, guru dapat memahami bahwa pada saat grafik naik guru memiliki peran yang besar untuk bi menuntun, mendorong dan memotivasi siswa supaya bisa memperoleh pengalaman terbaik, menghasilkan momen dalam kehidupannya yang terbaik, pengalaman hidup yang baik yang bisa dipakai bekal untuk usia produktif (usia kerja). Jika anak pada masa usia sekolahnya menyenangkan, bebas mengeksplor bakat dan minatnya maka akan menjadi pribadi yang produktif dan kreatif di masa kerjanya, pribadi yang dapat membangun bangsa ini untuk menjadi lebih maju. Oleh karena itu sebagi guru perlu memberikan kesempatan kepada murid untuk menciptakan pengalamannya sendiri yang terbaik maka jangan sampai guru memberikan pengalaman buruk misalnya dengan cacian atu hinaan yang dapat membuat murid justru hanya mengingat momen negatif itu. Karena hal tersebut akan terekam dalam memori murid dan akibatnya bisa menjadi trauma mendalam yang menyebabkan hal negatif terjadi pada masa depan murid tersebut di masa produktifnya yang akan datang.

Dari roda emosi, saya bisa belajar bahwa yang namanya roda pasti ada masanya di atas dan masanya di bawah. Misalnya pada saat di bawah kita merasa menyesal, kecewa dan sebaginya bisa kita jadikan momen untuk instrospeksi diri, sebaliknya ketika kita berada di atas saat momen menyenangkan. gembira dan lainnya kita mafaatkan untuk lebih mawas diri.

      6. Saya dapat menuliskan nilai-nilai yang saya yakini sebagai seorang Guru, dalam 1 atau 2 kalimat menggunakan kata-kata: "guru", "murid", "belajar", "makna", "peran". 


Guru memiliki peran besar dalam membuat pembelajaran yang bermakna bagi murid agar mereka mampu mengaplikasikan apa yang mereka peroleh dalam dunia nyata.


Tugas 2. Nilai dan peran guru penggerak menurut saya

  1. Nilai-nilai dalam diri saya yang membantu saya menggerakkan murid, rekan guru, dan komunitas sekolah saya.

Kolaboratif, saya tidak mungkin bisa hidup tanpa bantuan orang lain sebagai makhluk sosial. Dengan berkolaborasi dengan banyak pihak dapat mensukseskan berbagai rencana program yang telah dirancang.

Mandiri, dengan inisiatif sendiri saya mengikuti berbagai pelatihan, webinar, diklat dan kegiatan lain yang positif yang mendukung pengembangan kompetensi saya.

Inovatif, saya dapat menerapkan berbagai metode dan media pembelajaran yang bervariasi sehingga dapat murid menumbuhkan motivasi instriksik dalam belajar.

Reflektif, saya menyakini dengan memiliki nilai reflektif guru mampu belajar dari kegagalan serta memperbaikinya dengan tindakan yang lebih baik lagi.

2. Apa peran yang selama ini saya mainkan dalam menggerakkan murid, rekan guru, dan komunitas sekolah saya?

Peran saya adalah sebagai penggerak yang mampu memberikan contoh nyata agar rekan guru dan komunitas bisa tergerakkan dengan inovasi yang saya lakukan secara nyata. Tanpa banyak kata, tapi dengan aksi nyata.


Salam Guru Penggerak!

Guru Bergerak Indonesia Maju.