Selasa, 21 Juni 2022

Konsep Buku Nonfiksi

Rabu, 22 Juni 2022

Resume pertemuan ke-14, Gelombang ke-25 dan 26.

Pelatihan Belajar Menulis PGRI


Bismillahirohmanirrohim,

Ini adalah catatan pertama saya yang berisi resume dari sebuah kegiatan. Ya, ini adalah kali pertama bagi saya mengikuti sebuah komunitas belajar menulis. Saya sadar akan kemampuan menulis saya yang masih teramat jauh dari kata sempurna, akan tetapi dengan motivasi dalam diri yang begitu kuat untuk belajar serta support dari teman di sekitar terutama beliau Ibu Lely Suryani, Saya memberanikan diri untuk ikut andil dalam komunitas Belajar Menulis ini. Saya masih sangat awam dengan seluk beluk dunia tulis sehingga saya sangat berharap melalui komunitas ini saya bisa ikut belajar untuk mengasah kemampuan menulis. 

Materi pelatihan pada pertemuan ke-14 pada hari Jum'at, 17 Juni 2022 adalah tentang Konsep Buku Nonfiksi dengan narasumber Ibu Musiin, M.Pd dan moderator Ibu Lely Suryani. Pertemuan yang dilakukan secara daring melalui WAG dibuka oleh Bapak Wijaya Kusumah atau yang akrab disapa Om Jay. Beliau berkenan untuk menyuplai semangat baru bagi para anggota grup.

Petemuan diawali dengan slogan yang disampaikan oleh ibu moderator yang memantik semangat saya untuk belajar yaitu "MENULISLAH SETIAP HARI.. BUKTIKAN APA YANG TERJADI". Kalimat yang menurut saya sederhana akan tetapi memiliki makna yang cukup dalam. Bahwa menulis itu adalah sebuah proses yang hasilnya tidaklah instan. Dari menulis kita dapat membuktikan bahwa suatu saat nanti apa yang kita tulis hari ini akan berdampak besar bagi diri sendiri dan orang disekitar. Saya yakin itu.

Acara pun memasuki intinya, bersama Ibu Musiin beliau menyampaikan doa diawal pertemuan bahwa dengan kegiatan menulis ini semoga menjadi ladang berkah bagi kita semua yang sedang dalam masa pemulihan setelah pandemi Covid-19  serta memalui pertemuan ini dapat menjadi penguat iman dan imun tubuh. Tak lupa beliau mendoakan semoga ilmu yang kita peroleh malam tersebut dapat bermanfaat tidak hanya di dunia tapi juga di akhirat.

Sebelum ke topik pembahasan, Ibu Musiin memperkenalkan dirinya terlebih dahulu. Saya pun tidak kebal dengan beliau dan dengan perkenalan tersebut membuat saya mendapatkan pencerahan bahwa semua penulis handal pasti berangkat dari nol. Beliau pun berangkat dari kelas menulis Om Jay yang menjadi pembuktian bahwa TIDAK ADA YANG TIDAK MUNGKIN. Benar adanya, sekarang saya bisa membuktikan bahwa pasti apa yang ditulis Ibu Musiin setiap hari, kini sudah dapat dibuktikan sesuatu yang besar telah terjadi. Beliau juga mengatakan bahwa Prof Rhenaldi Kasali menyampaikan kalau kita berpikir secara Opportunity Based, kita akan  selalu yakin ada pintu di tengah tembok rintangan.  Menulislah setiap hari, maka keajaiban akan datang. 

Ibu Musiin adalah alumni kelas menulis Om Jay gelombang 8 yang juga mendapat kesempatan sekaligus tantangan menulis yang diberikan Prof. Eko. Beliau bersembilan telah berhasil menaklukakan tantangan menulis Prof Eko dan buku kami telah berhasil dipajang di toko buku Gramedia secara online maupun offline. Buku karya nya berjudul Literasi Digital Nusantara. Meningkatkan Daya Saing Generasi. Hal tersebut sungguh menjadi cambuk bagi saya untuk ikut andil dalam dunia menulis. Meskipun semuanya pasti membutuhkan proses yang tidak sebentar, tapi kekuatan motivasi tersebut akan mengantarkan pada sebuah pencapaikan kompetensi menulis yang luar biasa.

Buku Karya Ibu Musiin Dkk.

Ibu Musiin mampu membuktikan bahwa beliau telah berhasil mengalahkan ketakutan dari dirinya sendiri. Ketakutan itu ternyata  merendahkan potensi untuk menulis. Menurut beliau ada beberapa pikiran pikiran negatif yang membuat rasa takut ketika menulis buku, yaitu rasa takut jika tidak ada yang membaca hasil karya kita, rasa takut salah dalam menyampaikan pendapat melalui tulisan dan rasa takut bahwa karya orang lain lebih bagus dari yang kita buat. Selain itu, menulis dianggap menjadi momok yang menakutkan karena harus menghasilkan dan harus mengeluarkan ide.

Ibu Musiin menyampaikan bahwa seperti yang disampaikan Prof Eko,dan Bunda Sri, kita bisa menulis sesuai dengan hobi, kegemaran, kesukaan, cerita,  atau sesuatu yang dikuasai dan dicintai. Pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang dimiliki adalah bentuk buku yang ada di dalam diri kita yang belum dikeluarkan. Beliau memiliki buku, kita juga memiliki buku, NAMUN buku tersebut MASIH belum lahir.

Berdasarkan buku diatas, menimbulkan sebuah pertanyaan dalam diri kita "Adakah sebuah buku di dalam diri kita? Kapankah buku yang luar biasa itu akan lahir?" . Ibu Musiin berkata "Dan Poynter, menulis sebuah buku yang sangat populer dan menjadi rujukan para penulis pemula, judulnya Is There A Book Inside You? Setiap orang memiliki pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan di dalam dirinya. Berapa ratus purnama telah kita lalui, berapa banyak kejadian entah itu pahit atau manis  mengukir perjalanan  hidup kita. Jadi,  semua tergantung pada individu masing-masing apakah mau dikeluarkan dalam bentuk buku atau tidak". Penggalan chat tersebut menunjukkan bahwa disetiap individu pasti memiliki sebuah karya yang berasal dari berbagai pengalaman yang terjadi sepanjang perjalanan hidup.

Perkembangan jaman yang sekarang sudah semakin canggih membawa kita di era digital dimana arus informasi begitu deras. Dalam hitungan detik, jutaan informasi masuk melalui berbagai media sosial dan berbagai aplikasi yang dapat menjadi sumber referensi untuk menulis buku. Ibu Musiin menyampaikan bahwa di era ini semua guru adalah murid dan semua murid adalah guru. Hal ini menunjukkan bahwa semua bisa belajar dari siapapun dan dari apapun. 

Dari keterampilan menulis inilah buah karya yang berupa buku suatu saat akan menjadi saksi sejarah untuk anak cucu, murid dan generasi yang akan datang. yang akan menjadi pemantik mereka untuk menjadi lebih hebat dari kita. Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang tidak mudah. Berbagai penelitian bahasa menunjukkan di antara empat keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis, maka menulis adalah keterampilan yang dianggap paling sulit. Menulis tidak semudah berbicara, semudah bergosip . Justru tantangannya ada karena menulis sulit. Perjuangan menjadi penulis dengan mengikuti kelas menulis, membuat resume, menghasilkan buku, maka akan lahir CINTA MENULIS.

Pegangan awal yang harus dimiliki seseorang yang ingin menulis adalah alasan mengapa ingin menjadi seorang penulis. Alasan tersebut merupakan motivasi intrinsik yang akan bertahan secara langgeng dalam diri seseorang untuk mempertahankan kecintaan terhadap menulis itu sendiri. Ibu Musiin mengutip dari sebuah Kutipan yang terkenal dari Imam  Ghazali dan Pramoedya Ananta Toer yang dapat  menjadi penguat mengapa saya ingin menjadi penulis. Berikut kutipannya;




Dari kedua kutipan tersebut memantik motivasi saya untuk berlatih dan terus belajar untuk menulis sampai suatu saat nanti dapat menghasilkan sebuah karya. Saya sadar tidak berketerampilan handal dalam bidang tertentu, tidaklah pula seorang yang yang merupakan keturunan bangsawan yang berharta banyak, maka dari itulah sebisa saya menuangkan pengalaman yang saya miliki dalam sebuah coretan tinta ini.

Kedua kutipan tersebut takan pernah lekang oleh waktu. Saat ini, di era digital ini, kutipan tersebut masih sangat "relate" dengan situasi saat ini. Sebagai contoh, untuk membuat status atau konten di media sosial pastilah ada ''caption". Untuk membuat caption pastilah membuhkan keterampilan menulis. Seperti yang baru-baru ini viral adalah film yang berjudul "Layangan Putus". Ternyata cerita dari film tersebut diangkat dari tulisan di facebook.

Dari prolog tersebut, Saya dapat meresapi bahwa untuk menghasilkan sebuah karya kita pasti berangkat dari nol dan membutuhkan proses, seperti yang akan dibahas kali ini yaitu tentang menulis buku nonfikasi. Bahwa ada tiga pola dalam penulisannya yaitu 

1. Pola Hierarkis (Buku disusun berdasarkan tahapan dari mudah ke sulit atau dari sederhana ke rumit) 

Contoh: Buku Pelajaran

2. Pola Prosedural (Buku disusun berdasarkan urutan proses.

Contoh: Buku Panduan

3. Pola Klaster (Buku disusun secara poin per poin atau butir per butir. Pola ini diterapkan  pada buku-buku kumpulan tulisan atau kumpulan bab yang dalam hal ini antarbab setara)

Ibu Musiin mencontohkan pada karya yang beliau hasilkan yaitu menggunakan pola ketiga yakni Pola Klaster.

Kemudian setelah mengetahu polanya, dilanjutkan dengan proses penulisan buku nonfiksi yang terdiri dari 5 langkah, yakni

1. Pratulis

2. Menulis Draf

3. Merevisi Draf

4. Menyunting Naskah

5. Menerbitkan

💨Langkah Pertama

 Pratulis

1. Menentukan tema

2. Menemukan ide

3. Merencanakan jenis tulisan

4. Mengumpulkan bahan tulisan

5. Bertukar pikiran

6. Menyusun daftar

7. Meriset

8. Membuat Mind Mapping

9. Menyusun kerangka

Dalam menentukan tema cukup mengambil satu tema saja dalam sebuah buku. Sebagai contoh adalah tema parenting, pendidikan, motivasi dll. Kemudian untuk melanjutkan dari tema menjadi sebuah ide yang menarik, penulis bisa mendapatkan dari berbagai hal, contohnya 

1. Pengalaman pribadi

2. Pengalaman orang lain

3. Berita di media massa

4. Status Facebook/Twitter/Whatsapp/Instagram

5. Imajinasi

6. Mengamati lingkungan

7. Perenungan

8. Membaca buku

9. Survey

10. Wawancara

Setelah itu dalam mengambil referensi dapat berasal dari data dan fakta yang  diperoleh dari literasi di internet. Tahap berikutnya membuat kerangka, disetujui untuk melanjutkan ke proses penulisan. Dalam menulis isi buku berdasarkan kerangka yang dibuat, narasumber mengikuti nasihat Pak Yulius Roma Patandean di Channel beliau (https://www.youtube.com/watch?v=eePQwyHAcjw&feature=youtu.be). Beliau juga merupakan alumni gelombang 8. Langkah beliau sangat mujarab untuk menulis sebuah buku. Dengan mengikuti langkah beliau, tulisan kita menjadi rapi dan tertata sejak awal. Daftar isi, kutipan, indeks dan daftar pustaka tertata secara otomatis

Setelah mengikuti alur tersebut, selanjutnya untuk menulis buku, kita memakai anatomi buku. Anatomi buku ini sangat penting jika ingin mengikuti ujian sertifikat penulis.

1. Halaman Judul

2. Halaman Persembahan (OPSIONAL)

3. Halaman Daftar Isi

4. Halaman Kata Pengantar (OPSIONAL, minta kepada tokoh yang berpengaruh)

5. Halaman Prakata

6. Halaman Ucapan Terima Kasih (OPSIONAL)

7. Bagian /Bab

8. Halaman Lampiran (OPSIONAL)

9. Halaman Glosarium

10. Halaman Daftar Pustaka

11. Halaman Indeks

12. Halaman Tentang Penulis

💨Langkah kedua

Menulis Draf

1. Menuangkan konsep tulisan ke tulisan dengan prinsip bebas

2. Tidak mementingkan kesempurnaan, tetapi lebih pada bagaimana ide dituliskan

💨Langkah ketiga

Merevisi Draf

1. Merevisi sistematika/struktur tulisan dan penyajian

2. Memeriksa gambaran besar dari naskah.

💨Langkah keempat 

Menyunting naskah (KBBI dan PUEBI)

1. Ejaan

2. Tata bahasa

3. Diksi

4. Data dan fakta

5. Legalitas dan norma

Selain langkah-langkah diatas yang perlu diikuti, ada beberapa hambatan-hambatan yang terjadi dalam menulis, yaitu Hambatan waktu, Hambatan kreativitas, Hambatan teknis, Hambatan tujuan, Hambatan psikologis.

Demikian resume pertemuan ke-14. Semoga tulisan pertama saya ini menjadi modal awal untuk saya dapat mengasah skill menulis. Mohon maaf atas segala kesalahan dalam penulisan serta kekurangannya.

Kutipan dari Ibu Lely Suryani " Tetaplah setia dengan pilihan dan terus berbuat baik. Tetaplah terus menulis, menulis dan menulis. Semoga tulisan kita menjadi inspirasi orang lain."

Aamiin.


2 komentar: